Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah jatuh pada Selasa, 11 September 2018, yang ditandai dengan libur nasional. Muslim diberbagai tempat mengadakan kegiatan seperti karnaval, berdoa saat 1 Muharam dan upacara adat yang dikenal dengan tradisi malam 1 Sura atau Suran Agung.
Madiun, Jawa Timur, Kepolisian setempat menyiapkan sebanyak 1.230 personel gabungan. Mereka akan bertugas menjaga keamanan yang diberi nama Operasi Aman Sura 2018. Dalam perayaan Tahun Baru Islam 1440 Hijriah atau malam 1Â Suro dimeriahkan tampilnya dua padepokan silat di wilayah ini.
Baca juga:Â Peringati Hari Pencegahan Bunuh Diri Internasional
Kapolres Madiun juga melibatkan personel dari TNI dan pemerintah daerah. Yang dimaksud personel gabungan, aparat yang dikerahkan merupakan anggota Polres Madiun Kota, Polres Madiun, Polres Ngawi, Polres Magetan, Polres Ponorogo, dan Polres Nganjuk.
Menurut Nasrun, Operasi Aman Sura 2018 berlangsung selama 11 hari yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai 8-13 September 2018 untuk pengamanan kegiatan nyekar atau ziarah makam para pendiri perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.
Sedangkan tahap kedua dilaksanakan 21-25 September 2018 untuk pengamanan kegiatan Suran Agung oleh anggota Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda. “Kami sepakat agar saat pelaksanaan Sura tidak ada mobilisasi massa ke wilayah Kota Madiun,” tutur Nasrun.
Baca juga:Â Pasar Turi Surabaya, Dulu Legenda Sekarang Tak Disapa
Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Kota Madiun Moerdjoko menyatakan seluruh perguruan pencak silat di Madiun menyambut baik keputusan yang telah disepakati. “Perguruan siap menjalankan komitmen. Seluruh perguruan juga sepakat menjaga keamanan di bulan Sura tahun ini dengan tidak mengerahkan massa dalam jumlah besar terutama dari luar Kota Madiun,” kata Moerdjoko.
Tradisi suroan yang digelar para pesilat di Madiun pada bulan Muharam, rawan diwarnai konflik horisontal. Upaya antisipasi pun dilakukan polisi agar tak terjadi pertikaian antar perguruan silat.
Salah satu upaya antisipasi tersebut dengan mengeluarkan larangan kepada pesilat menggelar konvoi di jalan. Biasanya para pesilat secara bergerombol menggunakan sepeda motor berziarah ke makam leluhur dan tokoh mereka.
Kapolres Madiun AKBP I Made Agus Prasatya menjelaskan bahwa, boleh menyekar (berziarah) tapi harus menggunakan kendaraan tertutup.
Agar larangan tersebut dipatuhi, Made mengaku telah memanggil tokoh yang dituakan di masing-masing perguruan silat di Madiun.
“Kami berikan arahan agar saat ziarah ke makam leluhur untuk semua perguruan silat tidak menggunakan kendaraan terbuka. Semua wajib kendaraan tertutup,” tegasnya.
Untuk pengamanan acara malam 1 sura dan hari H, yakni 10-11 September 2018 oleh Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), kata Made, pihaknya menerjunkan 1.298 personil.
Baca juga:Â Melamar Kerja di Job Fair Jakarta 2018, Tak Perlu Bawa CV!
“Akan kami sebar di masing-masing wilayah ada 15 Kecamatan. Semua kegiatan di ranting PSHT juga tetap pemantauan,” ujarnya.
Hal itu tak lepas dari hasil pemetaan titik rawan terjadinya gesekan antar perguruan silat. Meliputi wilayah Nglames, Jiwan serta Tean yang merupajan jalur pintu masuk ke Kota Madiun.