LELAKI DITAMAN SERUNI

Author:

Category:

spot_imgspot_img

Inspirasi Cerpen – Lelaki yang duduk di bangku Taman Seruni itu bernama Hestamma. Di taman itu, Hestamma adalah seorang laki-laki yang tidak pernah absen untuk menikmati hari hanya dengan duduk di bangku sambil melihat pemandangan di sekeliling.  

Rehat hal itulah yang Hestamma lakukan di taman itu. Bagi Hestamma di tengah kesibukannya bekerja sebagai seorang wiraswasta yang membuka usaha laundry, ia harus berusaha meluangkan waktu untuk relaks sejenak.  

Meski udara terasa dingin Hestamma tetap mampu bertahan lama di taman. Ditemani sebotol Aqua, Hestamma menikmati siang dengan membaca buku berjudul “Kisah Inspiratif 3 “ karya Andy F Noya.

Taman Seruni tempat Hestamma rehat, wajahnya mulai berubah. Memang pemerintah bagian penaataan kota merubah wajah Taman Seruni ini menjadi lebih indah dipandang mata.

Baca Juga : Mengubah Rasa Jadi Kata Dalam Menulis Kuliner yang Menggiurkan

Sehingga banyak orang yang berkunjung hanya sekedar untuk menikmati waktu senggang untuk istirahat. Kalau dulu belum ada bunga-bunga di pot, kini taman itu berbeda.  Di sekeliling taman itu dihiasi dengan berbagai bunga di pot.

Tentunya dengan perbubahan ini banyak orang yang suka untuk rehat sejenak di taman itu menikmati suasana pemandangan indah . Namun kini di taman itu ada berbagai bunga-bunga yang mengelilingi taman itu.

Tiga puluh menit waktu yang ia lewatkan. Waktu yang cukup panjang baginya. Ia tak mau kehilangan menit-menit berarti hanya untuk mengisi waktu relaks dari kesibukannya. Kebiasaan itu ia lakukan setelah  keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Salatiga.

Namun di kala rehat sejenak  memori masa lalunya kerap muncul. Meski Hestamma ingin melupakannya namun tidak pernah bisa. Memori masa lalunya selalu  singgah mewarnai hari-harinya.

Hidup di balik jeruji besi itulah masa lalu yang menghampiri alam pikiran Hestamma. Hampa hanya itu yang ia rasakan. Enam tahun lalu pengalaman di balik jeruji besi membuat hidupnnya tak ada arti lagi bagi orang lain.

Dalam kurun waktu enam tahun itu Hestamma tak lagi melihat ada lentera-lentera pengharapan lagi dalam hidupnya. Gelap hanya itu yang dilihat. Keinginan Hestamma hanya ada terang dibalik jendela hatinya .

Hestamma melewati waktunya di bali jeruji besi  menjual narkoba jenis sabu-sabu. Hestamma terpaksa melakukan perbuatannya itu karena himpitan ekonomi. Di rumah sederhana Hestamma hidup dengan ibu yang hanya bekerja berjual tenongan keliling dan adiknya yang mengalami stroke selama 20 tahun.

Demi membiayai pengobatan adiknya yang mengalami stroke Hestamma rela menjual narkoba jenis sabu-sabu.Namun perbuatannya itu berujung maut yang membawanya masuk ke jeruji besi.

Meratapi nasib itulah yang dilakukan Hestamma di balik jeruji besi . Di wajahnya terlukis kedukaan mendalam. Hari demi hari Hestamma memikirkan  ibu dan adiknya. Bagaimana keadaan mereka? Apakah yang dirasakan mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu kerap muncul dalam benaknya membuat hati terasa gelisah.

Hestamma tau bahwa apa yang dilakukannya  itu salah. Waktu tak mungkin bisa diulang. Hestamma hanya bisa memperbaiki kesalahannya jika ia tak lagi dibalik jeruji besi.

Suatu sore kala Hestamma masih di Lembaga Pemasyarakatan ia mendapat siraman rohani. Seorang pendeta yang usianya muda melayani di Lembaga Pemasyarakatan tempat Hestamma dipenjara. Melalui siraman rohani dari seorang pendeta muda tersebut hati Hestamma dipulihkan Tuhan. Semangatnya yang mulai patah mulai bangkit.

Kotbah yang didengar tiap hari kamis sore itu ternyata merubah pemikiran Hestamma. Pemikiran negatif yang kadangkala menghantuinya kini berubah menjadi positif. Semua itu berkat siraman rohani seorang pendeta muda yang melayaninya .

Hatinya yang  keras berubah menjadi lembut. Proses pemulihan hidup Hestamma berubah seiring berjalan waktunya. Tuhan memang sedang bekerja melalui seorang pendeta muda. 

Hestamma bersyukur masih ada seorang pendeta yang melayaninya dengan sepenuh hati. Melalui pelayanan seorang pendeta Hestamma merasakan kasih Tuhan yang nyata. Perlahan Hestamma bisa melihat ada lentera-lentera pengharapan dalam hidupnya.

“Sebagai seorang percaya kepada Tuhan kita harus bertumbuh ke arah yang lebih baik. Mau belajar meninggalkan kehidupan lama kita. Jangan kita melakukan dosa yang sama lagi!. Hidup ini adalah kesempatan yang berharga.

Melakukan dosa itu artinya kita membuang waktu dengan hal yang sia-sia.Suatu hari nanti jika diantara kalian keluar dari Lembaga Pemasyarakatan ini harus bertobat dan tinggalkan dosa yang lama.” ucap seorang pendeta muda yang memberi siraman rohani di Lembaga Pemasyarakatan. 

Selama masih berada di balik jeruji besi Hestamma mulai menata kembali kehidupannya. Hidup yang telah diselimuti oleh dosa mulai ditinggalkan oleh Hestamma. Di balik jeruji besi Hestamma mulai belajar berdoa pada pagi dan malam hari.

Kehidupan doa Hestamma membuat dirinya ingat akan Sang Pencipta. Doa bagi Hestamma membuat hidupnya kembali melekat pada Tuhan. Hestamma semakin menyadari tanpa Tuhan Hestamma tak mungkin bisa berubah. Kedagingan Hestamma harus dimatikan.

Bulir-bulir air mata kerap mengalir ketika Hestamma memanjatkan doa. Hestamma sadar bahwa ia adalah manusia yang penuh dosa. Ia tak mampu untuk menutupi dosa itu dihadapan Tuhan. Dosa yang sudah terjadi hanya menjadi pembelajaran baginya. Bahwa dibalik dosa yang diperbuat pasti ada hukuman.

Waktu yang telah lalu itu tak bisa dilupakan. Mengingat rangkaian cerita dalam hidupnya yang terbungkus rapat dalam alam pikirannya adalah suatu kemustahilan. Hestamma merasa ada noda hitam dalam lingkaran kehidupannya. Ingin noda hitam itu ia buang jauh dalam  hidupnya .

Tapi noda hitam itu hanyalah sebuah goresan yang tak mampu dibersikan . Membekas hingga kini. Namun ruang dan waktu yang dilewati kini menghantarkan Hestamma menjadi sosok lelaki berbeda. Hestamma banyak berubah semenjak ia keluar dari Lembaga Pemasyarakatan.

            Di taman itu, memang Hestamma kerap terbayang oleh masa lalunya. Masa lalu itu baginya hanya sebuah sejarah. Kini Hestamma hanya ingin membuka lembaran hidup baru. Hestamma ingin membuka  lembaran cerita-cerita terbaik dalam lingkaran hidupnya.  Selama masih ada kesempatan hidup, ia ingin lebih bermanfaat bagi orang lain.

            Kala siang telah berlalu di Taman Seruni, sore hari Hestamma biasa melakukan aktivitasnya sebagai relawan suatu Komunitas Sosial bernama “MRI-Act Jawa Tengah” di Salatiga”. Di komunitas inilah Hestamma banyak berkontribusi bagi orang-orang yang kurang mampu baik dalam bentuk dana ataupun tenaga.

Berbagai kegiatan berbagi kepada orang mampu ia lakukan dalam komunitas sosial ini. Salah satunya adalah berbagi nasi keliling  bagi masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah. Selain itu Hestamma juga memberi bantuan dalam bentuk dana bagi lansia yang sakit parah dan tidak memiliki sanak saudara.

            Tak ada kata lelah bagi Hestamma untuk membantu orang yang berkekurangan. Memberi itu baginya adalah salah satu bentuk ibadah. Sebagai relawan Hestamma  selalu aktif dan antusias dalam setiap kegiatan.Perbuatannya ini dilakukan atas dasar kasih kepada sesama. Semua yang Hestamma lakukan tulus tak ada pamrih mengharap balas apapun.

            Hari-hari yang dilewati Hestamma semakin terasa berbeda. Beda jauh dengan yang terdahulu. Banyak orang terinspirasi hidup Hestamma. Meski pernah menjadi mantan narapidana, Hestamma tak lantas ingin mengulang dosa yang sama. Hestamma berusaha menjadi manusia semakin baik. Menebarkan virus-virus kebaikan bagi sesama.

Bionarasi Penulis

Devita Andriyani adalah penulis kelahiran Salatiga 6 Desember 1985. Senang menulis dan membaca cerita pendek, puisi, dan artikel ringan. Tulisannya berupa cerpen pernah dipublish di media www.rumahlitera.com, www.modernis.co, www.dimensipers.com.

Pernah juga cerpen nya tergabung dalam antologi menulis cerpen berjudul “I Want to be Better” dan Selaksa Kisah Dalam Ikhlas.Bagi yang ingin berhubungan  dengan penulis bisa kirim e-mail di  eunikedevita@gmail.com atau add FB : Devita Andriyani.

spot_img

Read More

Related Articles