Kabar duka kembali terdengar. Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan Indonesia dikabarkan menginggal pada Minggu, 19 Juli 2020 pukul 09.17 WIB. Beliau mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Eka BDS, Tangerang.
Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan kebanggaan Indonesia. Meninggalnya beliau tentunya membuat para penikmat karyanya bersedih. Melalui puisinya, Sapardi Djoko Damono menceritakan hal-hal sederhana dan penuh makna. Tak heran jika karyanya begitu dicintai banyak orang, baik oleh para sastrawan sendiri maupun khalayak umum. Namun, ada beberapa puisi yang mengena dan popular di hati para penggemarnya. Berikut 5 puisi karya beliau yang berkesan di hati para penikmatnya:
Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
Memungut detik demi detik
Merangkai seperti bunga
Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu.
Kita abadi
“Yang Fana Adalah Waktu” merupakan puisi Sapardi Djoko Damono dalam kumpulan sajak Perahu Kertas (1988)
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
“Aku ingin” merupakan salah satu karya beliau yang terkenal dan popular bagi para penggemar. “Aku Ingin” juga sering dijadikan musikalisasi puisi saat acara sastra berlangsung. Puisi merupakan kumpulan puisi dalam buku “Hujan Bulan Juni”
Hanya
Hanya suara burung yang kau dengar
Dan tak pernah kau lihat burung itu
Tapi tahu burung itu ada di sana
Hanya desir angin yang kau rasa
Dan tak pernah kau lihat angin itu
Tapi percaya angin itu di sekitarmu
Hanya doaku yang bergetar malam ini
Dan tak pernah kau lihat siapa aku
Tapi yakin aku ada dalam dirimu
Tak butuh kata bertele-telu dan rumit. Sapardi menuliskan kata sederhana, namun penuh makna di setiap puisinya.
Baca Juga: 7 Film Haruma Miura Buat Obati Rindumu
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakanya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu,
Tak ada yang kebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar
pohon bunga itu
“Hujan Bulan Juni” merupakan karya Sapardi yang popular. Kumpulan puisi “Hujan Bulan Juni” telah dialihbahasakan ke dalam empat bahasa seperti Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin. Puisi ini menceritakan tentang kesabaran dan ketabahan seseorang.
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini,
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di slea-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari
Melalu puisi ini, Sapardi ingin menyatakan jika ia akan tetap menulis. Layaknya sebuah wasiat, beliau ingin menyampaikan kepada penggemar bahwa beliau akan kekal bersama karya-karyanya.
Bagaimana Sahabat Inspirasi Pagi? Adakah puisi-puisi di atas yang jadi favorit kalian?