Aer Mata Rato Ebuh, Bukti Tulusnya Kasih Seorang Wanita

Author:

Category:

spot_imgspot_img

, sebuah pulau yang terkenal dengan wisata ziarah dan religinya. Salah satunya adalah komplek pemakaman yang ditandai dengan sebuah tugu bertuliskan Aer Mata di atasnya. Letaknya tidak jauh dari daerah pusat Madura dan tentunya mudah ditemukan. Tempat wisata ziarah ini lebih dikenal dengan Pesarean Aer Mata Rato Ebuh. Ingin tahu lebih banyak tentang tempat yang memiliki nilai sejarah ini?

Baca Juga: Rujak Selingkuh, Rasanya Tak Seburuk Namanya

Pesarean Aer Mata Rato Ebuh

Terletak tidak jauh dari bukit kapur yang terkenal membuat pesarean Aer Mata Rato Ebuh menjadi salah satu jujugan wajib bagi para turis domestik. Tempat wisata ini berada di desa Buduran Arosbaya, kabupaten Bangkalan, Madura. Komplek pemakaman Islam kuno ini dianggap keramat karena legenda yang tersebar dari mulut ke mulut warga desa sekitar. Tak heran apabila ada peraturan bagi peziarah untuk menjaga kesucian tempat ini dengan menanggalkan alas kaki di gerbang komplek makam. Meskipun begitu, gaya arsitektur budaya Hindu- Budha terlihat kental di beberapa sudut tempat ini. Hal itu yang membuat bangunan ini tidak tampak begitu menyeramkan seperti makam pada umumnya.

Baca Juga: Gili Iyang, Icon Wisata Kesehatan Sumenep

Sejarah Dibalik Aer Mata Rato Ebuh

Ebuh berarti air mata ibu dalam bahasa Indonesia menjadi bukti tulusnya kasih seorang istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Cerita bermula dari kesedihan Syarifah Ambami lantaran sang suami, Cakraningrat I yang merupakan Raja Madura kala itu, lebih sering menghabiskan waktunya di Mataram.  Syarifah Ambami meratapi nasibnya sembari menangis siang dan malam. Kemudian untuk mengalihkan kesedihannya, sang ratu pergi bertapa di sebuah bukit yang terletak di Arosbaya. Selama pertapaannya, ia memohon agar keturunannya ditakdirkan menjadi penguasa pemerintahan di Madura hingga tujuh turunan. Setelah mendengar dari seorang nabi bahwa doanya akan dikabulkan, ia memutuskan untuk kembali pulang dengan hati yang gembura. Sesampainya di rumah, tidak lama kemudian Cakraningrat I kembali dari Mataram. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk menceritakan hasil pertapaannya. Bukan ucapan bahagia yang keluar dari ucapan sang raja, malah beliau merasa kecewa pada Syarifah Ambami karena hanya memohon hingga tujuh turunan saja. Setelah itu, sang ratu kembali dirundung kesedihan dan menangis sepanjang hari. Air mata yang keluar siang dan malam perlahan membanjiri kawasan setempat hingga menjadi sumber mata air sampai saat ini. Ajaibnya, sumber mata air ini tidak pernah kering. Oleh sebab itu, sumber mata air dipercaya masyarakat sekitar mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.  

Baca Juga: Gumbak, Tradisi Leluhur dari Sampang

Bukan hanya arsitektur yang indah, tempat wisata yang satu ini memiliki sejarah yang sangat unik. Tak hanya itu, Aer Mata Rato Ebuh cocok sekali menjadi destinasi wisata bagi keluarga sembari melakukan ziarah.

spot_img

Read More

Related Articles