Mabuk Air Rebusan Pembalut Wanita Tren Dikalangan Remaja

Author:

Category:

spot_imgspot_img
Kasus sejumlah anak jalanan di Kudus, Jawa Tengah yang mabuk minuman air rebusan pembalut wanita adalah sebuah ironi. Ironi yang hadir saat bangsa ini menghadapi zaman milenial, namun beberapa anak justru sibuk mencari tetesan air rebusan pembalut wanita.
Kasus di Kudus, Jawa Tengah ini bukanlah yang pertama terjadi. Pada tahun 2016, kasus serupa pernah terjadi di Belitung dan Karawang. Hal tersebut dilakukan salah satunya lantaran keterbatasan ekonomi. Tren oplosan murah demi mendapatkan efek narkotika memang kerap dilakoni para remaja masa kini hingga menyebabkan kematian.

Mulai dari mabuk lem, bensin, mencampur minuman energi dengan lotion nyamuk, dan yang terbaru ialah mabuk rebusan air pembalut. Selain terlihat konyol dan aneh, minum air rebusan pembalut juga berbahaya karena terbuat dari bahan yang tidak layak dikonsumsi.

Baca juga: Viaduk Surabaya, Jalur Aktif Yang Tak Seharusnya Jadi Tempat Berkumpul

Psikolog anak dan remaja Erna Marina Kusuma M.Psi. C.Ft, mengatakan bahwa perlunya ada pendidikan tentang kesehatan seks dan minuman keras. Pendidikan tentang kesadaran untuk menghabiskan energi dan rasa ingin tahu para remaja sangat perlu bimbingan khusus. Jika remaja tidak mendapatkan pengarahan maka mereka dapat hilang kontrol yang dapat menghancurkan masa depan mereka sendiri tentunya.

Sikap protes remaja merasa benar sendiri juga sangat memengaruhi remaja mengambil sikap tanpa berpikir panjang untuk apa ia melakukan mabuk dengan air rebusan pembalut. Erna mengatakan bahwa pendidikan seks dan ketergantungan miras serta narkoba di sekolah untuk remaja sangat disarankan. Penekanan dalam hal ini dapat membantu remaja berpikir positif sebelum mencoba hal yang aneh-aneh.

Baca juga: Rahmawati Kekey dan Balon Airnya

Menurut Erna, sebenarnya faktor ekonomi tidak berperan terhadap hal yang dilakukan para remaja tersebut. Ia mengatakan bahwa kehidupan ekonomi lemah tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan hal yang tidak wajar. Ia merasa banyak anak yang dari ekonomi lemah namun mampu berprestasi dan membangun masa depannya dengan lebih baik.

Erna menyebut faktor keluarga dan sikap penerimaan lingkunganlah yang menjadi penyebab hal-hal negatif yang dilakukan para remaja. Menurutnya, remaja yang tidak mendapatkan penerimaan di lingkungan dan keluarga akan cenderung mencoba hal-hal aneh untuk menarik perhatian sekitar.karena itu penting bagi orangtua dan lingkungan untuk menerima remaja tanpa menuntut secara berlebihan. Hal ini penting sebagai dasar membimbing remaja kearah positif.

Baca juga: Mahasiswa Tuntut UGM Selesaikan Kasus Kekerasan Seksual

Mungkin remaja milenial sekarang termasuk kreatif ya sahabat pagi, tetapi mungkin kreatifnya bisa diarahkan ke hal yang lebih positif lagi misalnya.

Semoga bermanfaat ^^

spot_img

Read More

Related Articles