Tahukah kamu tentang kelumpuhan sementara atau Tonic Immobility? Sebuah respon alami tubuh terhadap rasa takut yang luar biasa.
Tonic Immobility ialah kelumpuhan atau juga bisa dikenal sebagai frezee response atau Involuntarily Shut Down. Pada kasus ini kita akan membahas pada korban perkosaan atau korban pelecehan seksual.
Beberapa pertanyaan mungkin akan ada dalam pikiran kamu seperti apakah jika seseorang yang diperkosa tidak melawan maka artinya dia menikmati? Atau apakah jika seseorang yang diperkosa dan orgasme maka artinya dia menikmati? Dan bagaimana dunia kedokteran melihat peristiwa ini?
Secara medis dan berdasarkan penelitian pada tahun 2017 dari Swedia. Saat seseorang mengalami rasa takut ekstrim, tubuh tiba-tiba akan lumpuh seperti susah berbicara, kaku dan tidak bisa memberi respons pada stimulasi apapun yang diterima tubuhnya. Kelumpuhan sementara ini banyak terjadi dan dialami korban kekerasan seksual, terutama pada pemerkosaan.
Baca juga:Â Digiseksual, Kepuasan Seksual Terpenuhi dengan Robot
Ketika penyintas pemerkosaan diwawancarai, mereka sering mengatakan ‘tidak bisa bergerak’ pada saat kejadian. Apakah mereka sadar? Ya, mereka sadar penuh namun seluruh anggota badannya tidak dapat bergerak. Misalnya yang paling dekat ialah pelecehan seksual dipinggir jalan seperti perempuan yang diremas payudaranya itu akan ‘tidak bisa bergerak’.
Ketika seseorang mengalami ketakutan yang ekstrim, maka tubuh punya mekanisme pertahanan diri yaitu Tonic Immobility. Apa itu? Berupa ketidakmampuan tubuh bergerak sampai ancaman bahaya berlalu. Ini ialah reaksi biologis dari tubuh, kita tidak bisa memilih untuk tidak seperti demikian.
Ketika rasa takut itu sudah memuncak, amygdala (salah satu bagian otak) akan membajak otak kita sehingga kita tidak bisa bergerak, namun tetap sadar penuh. Bisa bayangkan betapa mengerikannya? Kamu melihat dan mengingat dengan jelas detil kejadian pemerkosaan itu tapi ga bisa bergerak sama sekali. Bayangin deh…
Orgasmepun bisa terjadi pada saat pemerkosaan, walaupun korban tidak menikmati. Orgasme itu reaksi fisiologi tubuh, bukan psikologis saja. Masih belum percaya kalo orgasme itu biologis? Coba deh kamu diikat dipohon lalu dioral sama nenek nenek. Pasti akan ereksi dan ejakulasi juga.
Baca juga:Â Yuk Kenali Ciri-ciri Demiseksual, Simak Selengkapnya
Jadi jelas, korban pemerkosaan yang diam itu bukan karena suka. Dan juga jelas orgasme dari korban juga bukan karena suka. Dilihat dari sudut pandang manapun, harusnya pelaku yang disalahkan, tapi kenapa kebanyakan dari kita sering menyalahkan korban?
Ada pepatah mengatakan ‘Kucing kalo dikasih ikan pasti dimakan’. Sebenarnya kalimat itu sangat merendahkan laki-laki. Namun, tidak sedikit juga laki-laki yang membenarkan diri dengan analogi ‘kucing dan ikan’.
Laki-laki bukan kucing kelaparan, dan wanita ukan ikan yang untuk dimakan. Pemerkosa itu bukan tentang kucing memakan ikan. Pemerkosaan itu tentang pelaku kriminal yang memakan korban. Korban nggak salah, pelaku yang salah. Jangan dibolak balik.
Jadi, saat kamu mengomentari kasus kekerasan seksual, jangan sekali-kali menghakimi atau menyalahkan korban karena ketidakmampuan mereka dalam berteriak atau melawan. Dalam kekerasan seksual, sangat awam terjadi reaksi alami kelumpuhan sementara pada tubuh korban. Sebaliknya berempatilah pada korban dan dukung dia mendapat pemulihan dan keadilan.
Baca juga:Â Manfaat Punya Girls Squad Yang Harus Kamu Tahu
Semoga bermanfaat ^^