Seberapa Besar Suara Millennial dalam Pilpres 2019?

Author:

Category:

spot_imgspot_img

Pesta demokrasi rakyat akan berlangsung di bulan April. Sudah ada dua paslon yang bertanding untuk menggalang suara rakyat. Memang tahun 2019 ini merupakan tahun yang penuh dengan drama pilpres mulai dari beredarnya hoax, saling singgung dan saling menjatuhkan. Namun bukan politik jika tidak ada drama di dalamnya. Prinsipnya apapun akan dilakukan agar suara rakyat berpihak kepada salah satu paslon.

Baca juga: Aplikasi Android yang Bermanfaat tapi Jarang Diketahui

Pilpres 2019 dan Suara Milenial

Berbicara tentang suara rakyat, saat ini ada banyak pemilih muda yang biasa disebut generasi milenial berpartisipasi dalam pilpres 2019. Generasi milenial sangat memungkinkan memiliki pengaruh besar terhadap hasil PilPres 2019. Dalam artikel yang berjudul Membaca Arah Pemilih Milenial karya Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR, menyatakan bahwa Pemilu 2019 akan diikuti oleh pemilih usia 17 tahun hingga 35 tahun dengan persentase 34-50% persen.

Jumlah tersebut menjadi peluang yang ‘menggiurkan’ dalam pertarungan politik, dan kemungkinan menjadi penentu siapa yang bakal memenangi RI 1. Meskipun jumlah populasi milenial yang terbilang banyak namun bukanlah hal yang mudah dalam meraup suara milenial. Diperlukan strategi khusus untuk menjaring suara milenial.

Baca juga:Trend Makeup Thailand Menjadi Trend Kecantikan 2019

Ada tiga faktor untuk membaca arah politik generasi milenial yaitu, potensi partisipasi politik dan kemantapan pilihan; sensitivitas pada isu sosial/ kebijakan; dan preferensi terhadap kandidat dan pilihan politik dalam pemilu, seperti karakter kandidat yang disukai.

Media di Indonesia  sering menggambarkan generasi milenial sebagai orang yang pragmatis dan tidak tertarik dengan idealisme politik. Mereka lebih tertarik dengan citra profesional muda yang memiliki inovasi dan terobosan yang cerdas seperti pendiri Gojek dan Traveloka dalam artian generasi milenial mempertimbangkan politik berdasarkan dampak nyata dan langsung bagi mereka. 

Namun, terlepas dari pragmatisme mereka, generasi milenial bukan lah generasi apolitis. Buktinya mereka sangat kristis terhadap kebijakan-kebijakan yang ditawarkan masing-masing paslon. Sebab generasi ini adalah generasi yang melek dengan teknologi dan internet. Mereka memanfaatkan sumber digital untuk mengetahui dan memahami politik dengan mengandalkan kanal Twitter, Facebook, YouTube, Instagram, dan LINE untuk membentuk persepsi mereka tentang politik.

Hal yang perlu diperhatikan dari generasi milenial yaitu kewaspadaan terhadap informasi yang salah yang  memungkinkan terjadinya  hegemoni informasi. Ada segelintir orang yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi hoax tentang paslon selama kampanye pilpres. Milenial harus lebih bijak dalam menggunakan internet untuk memilih informasi agar suara mereka tersalurkan secara tepat.

Baca juga: Apakah Indonesia Siap Menghadapi Industri 4.0?

spot_img

Read More

Related Articles