Ecobrick – Plastik merupakan zat yang paling sulit terurai, bahkan walau sudah bertahun-tahun tertimbun tanah. Kotor mungkin iya, namun rusak atau menyatu dengan tanah? Rasanya tak mungkin. Tak heran jika isu pengolahan sampah plastik menjadi sering diangkat oleh aktivis lingkungan baik di indonesia maupun di seluruh dunia.
Tahukah anda, salah satu penyumbang terbesar sampah plastik ialah penggunaan dari rumah tangga? Hal ini karena hampir semua benda atau peralatan rumah tangga yang kita butuhkan dibungkus dengan plastik. Memang sudah banyak cara pencegahan penggunaan plastik berlebihan, seperti membawa tas belanja sendiri maupun membawa jar. Namun bagaimana dengan plastik yang sudah terlanjur kita miliki di rumah?
Sudah terdapat berbagai solusi untuk itu. Yang pertama harus kita lakukan ialah pilah sampahnya. Jika anda memiliki sampah botol plastik, kumpulkan hingga mendapatkan beberapa kilo lalu setorkan ke Bank Sampah. Mereka akan mengolah sampah anda dengan ramah lingkungan dan anda akan mendapatkan kompensasi, biasanya berupa uang sekitar Rp. 2.200/ kg atau berupa token listrik.
Botol plastiknya memang laku jika ditukar di Bank Sampah, namun plastik logo yang kecil mengelilingi botol itu tak laku di jual. Hal yang sama berlaku bagi semua sampah plastik lembut lainnya, seperti bungkus mie, bungkus kudapan maupun bungkus kopi sachet. Dahulu ia akan menjadi sampah, karena aktivis pun kewalahan mengurusnya. Keputusan paling sering diambil adalah mengubahnya menjadi kerajinan tangan berupa tas, namun bentuk yang kurang sedap dipandang membuatnya kurang diminati.
Maka saat ini yang sedang tren ialah mengubah sampah plastik menjadi ecobrick. Ecobrick merupakan batu bata yang terbuat dari sampah botol dan plastik. Nantinya ia akan bisa dirangkai dan bisa dijadikan bahan pembuatan furnitur bahkan rumah. Cara membuatnya pun mudah, cukup siapkan botol plastik dengn ukuran yang sama dan isi dengan sampah plastik yang sudah digunting kecil-kecil. Gunakan tongkat untuk memadatkan isinya hingga tak ada lagi rongga untuk udara. Ia akan menjadi sangat kuat seperti batu bata pada umumnya.
Untuk merangkai menjadi furnitur, cukup rekatkan menggunakan lem kaca. Namun untuk mengubahnya menjadi rumah, ecobrick akan disusun menggunakan lempung jerami dan pasir, hingga membentuk konstruksi yang kuat. Rumah dengan bahan dasar ecobrick ternyata lebih dingin dibandingkan rumah pada umumnya yang direkatkan dengan semen. Selain itu jika anda bosan, anda bisa mengubah konsruksi bangunan anda tanpa perlu menghancurkan ecobrick. Cukup tambahkan lempung jerami basah, dan bangunan dapat dibentuk ulang. Rumah-rumah berbahan dasar ecobrick sudah marak ditemui di Filipina, di Indonesia sendiri, rumah ecobrick baru bisa ditemui di Bali.
Untuk membuat rumah dari ecobrick, memang membutuhkan banyak sekali sampah plastik. Namun sebenarnya hal ini merupakan aktivitas yang baik bagi anda yang punya buah hati, sehingga anda dan anak bisa bersama membuat ecobrick sekaligus memperkenalkan cara hidup go green kepadanya.
Mari selamatkan bumi dengan cara-cara kecil seperti ini. Sesungguhnya satu bantuan kecil dari anda sangat berarti bagi bumi. Adopt green living as your lifestyle!