Anggota MPR dari Fraksi PKB Daniel Johan menyebut maraknya hoax bisa mempengaruhi psikologi masyarakat dalam memilih. Akibat hoax pula, hal yang ditakutkan adalah masyarakat akan menjadi apatis dalam partisipasi politik dalam pemilu 2019.
Hal tersebut disampaikannya dalam Diskusi Empat Pilar MPR bertema ‘Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat’ di media center gedung Nusantara III, kompleks parlemen, Jakarta.
“Pileg dan pilpres merupakan momentum bagi rakyat untuk memilih, pemimpin terbaik yang bisa membawa perubahan Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera” ujarnya. Pemilu seharusnya adalah sebuah pesta demokrasi yang biasa dan rutin. Seharusnya pesta demokrasi ini disambut dengan riang. Daniel melihat bahwa ada hal khusus yang perlu diperhatikan, yaitu maraknya hoax di media sosial.
Baca Juga :Slang Kekinian Agar Pertemanan Tidak Garing
Melihat hal tersebut ia meminta seluruh elemen masyarakat, aparat penegak hukum, dan pemerintah bekerja sama agar dapat mengantisipasi maraknya hoax ini. Khususnya media, karena media juga memiliki dan memegang peran yang sangat penting untuk mengklarifikasi setiap hoax.
Daniel juga mengkhawatirkan pemilih yang malah lebih memilih untuk berlibur dibanding pergi ke TPS. Padahal pemilihan PILEG dan PILPRES sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi peran partai politik di parlemen dalam ikut menentukan arah pembangunan.
Selain itu, pakar komunikasi politik Lely Arrianie menilai partisipasi politik masyarakat sebenarnya cukup tinggi, namun partisipasi politik tersebut bersifat semu, yaitu partisipasi media sosial saja dan sebenarnya ini sudah terjadi sejak pemilu 2014.
Baca Juga :We’re Ready For Captain Marvel
“Di media sosial begitu bergairah seolah partisipasi politik tinggi, namun ketika hari pencoblosan malah tidak berpartisipasi. Ini merupakan partisipasi politik yang semu,” ujar Lely.
Lely menyebutkan setidaknya ada empat media politik untuk meningkatkan partisipasi politik, yaitu interpersonal, organisasi, media massa, media sosial, dan kelompok kepentingan. Jika hal tersebut dapat dimaksimalkan, semoga partisipasi politik dalam pemilu 2019 nanti akan tinggi.
Stop Hoax Pemilu, Ciptakan Pemilu Bersih!
Penegakan hukum secara tegas juga perlu ditegakan pada hal-hal seperti ini, agar memberikan efek jera dan membuat tiap orang berpikir terlebih dahulu sebelum membuat berita yang tidak bertanggung jawab tersebut. Seperti kasus tujuh kontainer surat suara yang telah dicoblos masuk lewat pelabuhan Tanjuk Priok.
Baca Juga :Program Pengurangan Plastik, Apa Plastik Cuma Sedotan?
Kini setelah pihak KPU dan salah satu anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Muhammad Afifudin melakukan klarifikasi langsung ke plabuhan Tanjung Priok dan pihak bea cukai. Kasus ini pun telah ditangani langsung oleh Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Komisaris Jendral Arief Sulistyanto, dan Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief pun terseret dalam pusaran hoax ini. Andi Arief ikut terseret karena ikut menyebarkan berita tersebut di akun Twitter miliknya.
Ciptakan pemilu yang damai, agar tidak terjadi perpecahan antar sesama. Semoga sahabat pagi terinspirasi dan menjadi pemilih yang baik.